Sepandai-pandai seekor tupai melompat, suatu saat akan jatuh juga.
Kata pepatah pribahasa melayu atau kata bijak di atas mungkin sudah sering anda dengar atau baca sejak di sekolah dasar. Mungkin anda membaca atau mendengar dalam versi kalimat yag berbeda, seperti kata-kata suatu saat menjadi Pasti, Sekali Waktu, atau pun perbedaan lainnya.

Arti Pribahasa
kata-kata Pribahasa di atas, dapat memiliki arti beragam: fokus dan kehati-hatian, pengertian tentang kondisi, nasehat utk tidak sombong, dll.

Di sini, saya tidak ingin bercerita tentang kaidah bahasa Indonesia, namun ingin mengajak anda mengingat kembali apa yang dinasehatkan kepada kita dari pribahasa.

Tupai
gambar tupai melompat
Secara alamiah, hewan yang disebut tupai normal ditakdirkan Allah memiliki keahlian melompat (dari pohon ke pohon, dari dahan ke dahan, dari satu titik area ke titik area lainnya). Namun secara sunnatullah pula, Allah juga menciptakan ragam proses penghalang alamiah bagi seekor hewan tupai untuk mengalami kegagalan dalam lompatan: seperti dahan yang diinjak mungkin saja patah, permukaan dahan yang terlalu licin, dan penyebab lainnya di luar prediksi keahlian sang tupai.

Proses alamiah ini sebenarnya tidak terjadi pada kehidupan hewan saja, tapi juga pada kehidupan manusia dan ekosistem lingkungannya: sosial, budaya, agama, politik, keyakinan, bernegara, bergaul, berteman, berusaha, berkeluarga, dll.

Manusia
Pada kondisi manusia, kegagalan bisa disebabkan oleh kelalaian, tidak fokus, peralatan tidak sesuai, modal kurang cukup, keahlian yang kurang alias masih terlalu bodoh, godaan setan, dirayu wanita/pria, ganggunan perbuatan jahat orang lain, atau dia sendiri yang punya niat jahat, atau lainnya.

Seseorang mungkin saja mencoba melakukan lompatan quantum sukses dari satu level ke level berikutnya, dari posisi sebagai gubernur provinsi menjadi presiden sebuah negara  (sukses dilakukan oleh Pak Joko Widodo), dari posisi supervisor ke posisi manager atau bahkan jauh ke posisi atasnya, langsung menjadi seorang direktur. Namun kenyataannya, lompatan menuju sukses belum tentu sampai pada titik kesuksesan. Banyak orang dipaksa harus menerima kegagalan.

Seseorang mungkin saja jebolan cumloud dari universitas paling terbaik di seluruh dunia, namun begitu, sepandai-pandainya orang, adakalanya dia akan mengalami kegagalan dalam sebuah rencana, proyek, kegiatan. Kegagalan bisa disebabkan kesalahan rekruitmen anggota tim kerja,  penempatan waktu yg tidak sesuai, ataupun mungkin dia menerima atau berada di lingkungan proyek yang salah.

Seperti umpama seorang kiai alim ahli qur`an juga seorang dosen (guru besar non-politik) di sebuah universitas Islam, dimuliakan semua orang di lingkungannya, suatu hari menerima posisi sebagai menteri agama, namun akhirnya, beliau mungkin berada dalam posisi yang salah, atau melakukan lompatan sukses tanpa mempertimbangkan bagaimana kondisi tempat pijakan yang dituju, sehingga akhirnya, beliaupun harus dipaksa menerima kenyataan: (walau berhasil duduk di kursi menteri, namun kursi tempatnya duduk terbuat dari bahan yang tidak kuat dan rapuh, sehingga hanya dengan tiupan angin sepoi-sepoi saja, kursi sang menteri itu roboh dan menyebabkan sang menteri terjatuh di dalam lobang jeruji.