Suatu hari dalam obrolan kecil ketika menyikapi berbagai berita tentang perkembangan politik lokal Indonesia dan dunia, hingga dalam berita tersebut melibatkan fatwa-fatwa ulama lokal yang bersenggolan dengan dunia politik yang sedang terjadi di lokal tersebut.

arti alim pengertian ulama
Obrolan kemudian berkembang menjadi diskusi kecil dengan pertanyaan mendasar tentang Siapakah Yang Disebut sebagai Ulama menurut al-Qur`an dan al-Sunnah?



Arti Ulama
Secara harfiah menurut bahasa etimologi, kata Ulamāʾ berasal dari bahasa arab ( علم, يعلم yang berarti mengetahui) perubahan kaidah tashrif arab menjadi kata (عالِم Ālim) ismul fa~il (kata untuk menunjukkan si pelaku yang berarti orang yang mengetahui). Kemudian dari kata tunggal (عالِم) berubah menjadi kata jamak (العلماء) yang diartikan sebagai orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan.

Terminologi Ulama menurut Wikipedia
Ulama adalah pemuka agama atau pemimpin agama yang bertugas untuk mengayomi, membina dan membimbing umat Islam baik dalam masalah-masalah agama maupum masalah sehari hari yang diperlukan baik dari sisi keagamaan maupun sosial kemasyarakatan. Makna sebenarnya dalam bahasa Arab adalah ilmuwan atau peneliti, kemudian arti ulama tersebut berubah ketika diserap kedalam Bahasa Indonesia, yang maknanya adalah sebagai orang yang ahli dalam ilmu agama Islam. https://id.wikipedia.org/wiki/Ulama

Pengertian Ulama Menurut al-Quran
Secara pasti kita tidak akan tahu tentang Ulama jika tidak ada kabar dari al-Qur`an maupun melalui Rasulullah.

Secara tekstual Ulama jika mengacu pada kata (علم , يعلم- عالِم Ālim dan derivasinya / tashrif) maka kita akan menemukan 823 kali penyebutan.  Namun, kita juga bisa menemukan indikasi makna sejenis namun dengan menggunakan kosa kata yang berbeda seperti kata al-aql, al-fikr, al-nazhr, al-basyar, al-tadabbur, al-‘itibar dan al-dzikr.

شَهِدَ اللَّهُأَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًابِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيم

Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang berilmu (وَأُولُو الْعِلْمِ) (juga menyatakan demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Al-Qur’an surat Al Mujadalah ayat 11 dan Ali Imran ayat 3 juga menyebutkan janji Allah tentang akan mengangkat derajat orang-orang beriman dan berilmu pengetahuan pada derajat lebih tinggi

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَآَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَاتَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan (أُوتُوا الْعِلْمَ) beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آَيَاتٌمُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَفِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِوَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُوَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آَمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِرَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ

Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: ” Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran daripadanya melainkan orang-orang yang berakal (أُولُو الْأَلْبَابِ)

Dalam berdoapun dianjurkan untuk diberi kemudahan dalam memahami ilmu seperti termaktub dalam Surat Thoha ayat 114

وَقُلْ رَبِّزِدْنِي عِلْمًا…

Dan katakanlah: Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.

قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لاَ يَعْلَمُوْنَ

Katakan (wahai Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) apakah sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu  (Az-Zumar: 9)

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ

Maka bertanyalah kalian kepada ahli dzikir (ahlinya/ ilmu) jika kalian tidak mengetahui.” (An-Naml: 43)

وَمَا يَعْقِلُهَا إِلاَّ الْعَالِمُوْنَ

Dan tidak ada yang mengetahuinya (perumpamaan-perumpamaan yang dibuat oleh Allah) melainkan orang-orang yang berilmu.” (Al-’Ankabut: 43)

إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمآءُ
Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.” (Fathir: 28)

جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا اْلأَنْهَارُ خَالِدِيْنَ فِيْهَا أَبَدًا رَضِيَ اللهً عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ

Ganjaran mereka di sisi Allah adalah jannah Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan mereka kekal di dalamnya. Allah meridhai mereka dan mereka ridha kepada Allah, demikian itu adalah bagi orang yang takut kepada Rabbnya.” (Al-Bayyinah: 8)

Ulama adalah seorang pemimpin agama yang dikenal masyarakat luas akan kesungguhan dan kesabarannya dalam menegakkan kebenaran, sebagaimana firman Allah

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ

Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami.” (Q.s. As-Sajdah [32]: 24).

وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ

Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tiap-tiap golongan tidak mengutus beberapa orang untuk memperdalam agama lalu memberi peringatan kepada kaumnya, apabila mereka telah kembali; supaya mereka itu dapat menjaga diri.” (Q.s. At-Taubah [9]: 122)

Pengertian Ulama Menurut Hadits
Ada banyak hadis nabi yang menjelaskan tentang Ulama, di antaranya sebagaimana berikut ini:

الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ

Ulama adalah pewaris para nabi.(HR At-Tirmidzi dari Abu Ad-Darda radhiallahu ‘anhu)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan hal ini dalam sabdanya yang diriwayatkan Abdullah bin ‘Amr ibnul ‘Ash, katanya: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعاً يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِباَدِ، وَلَكِنْ بِقَبْضِ الْعُلَماَءِ. حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عاَلِماً اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوْساً جُهَّالاً فَسُأِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Al-Bukhari no. 100 dan Muslim no. 2673)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ يَبْعَثُ فِيْ هَذِهِ اْلأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهاَ دِيْنَهاَ

Sesungguhnya Allah akan membangkitkan di setiap awal seratus tahun orang yang akan memperbaharui agama umat ini.” (HR. Abu Dawud dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 1874)

Rasulullah melalui hadist-hadistnya juga menganjurkan kepada umatnya untuk senantiasa mencari dan memiliki ilmu pengetahuan agar dalam beribadah maupun dalam bertingkah laku mencerminkan muslim yang kaffah yang diberi kemuliaan dan kedudukan mulia di sisiNya.

Dari Mu’awiyah ra, dia telah berkata: Rasulullah saw telah bersabda: ”Barang siapa Allah menghendaki kebaikan atas dirinya maka Allah membimbing dirinya kepada ilmu pengetahuan agama.” (Hadist Riwayat Buchari danMuslim).

Apabila seseorang dikehendaki oleh Allah untuk menjadi manusia yang baik, tentu Allah akan menunjukkan kepada dirinya ilmu pengetahuan agama, Menguasai ilmu agama, rajin melaksanakan ibadah, beramal sholeh dan tekun mengembangkan ilmu yang dimiliki.

Dari Anas ra, dia telah berkata: Rasulullah saw telah bersabda: ”Barang siapa keluar mencari ilmu, berarti dia berada di jalan Allah sampai dengan dia pulang kembali.” (Hadist Riwayat Tirmidzi).

Bahkan Rasulullah dalam sabdanya memperbolehkan adanya sikap dengki yaitu dengki terhadap harta yang dibelanjakan di jalan Allah dan ilmu

Dari Ibnu Mas’ud ra, dia telah berkata; Rasulullah saw telah bersabda;

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ

Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah untuk mendapatkan kebaikan, maka Allah akan mengajarkannya ilmu agama

Pengertian Ulama Menurut Ulama
Ibnu Jarir ath-Thabari mengungkapkan dalam kitab tafsirnya, Jami’ul Bayan bahwa yang dimaksud dengan ulama adalah seorang yang Allah jadikan sebagai pemimpin atas umat manusia dalam perkara fiqih, ilmu, agama, dan dunia.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitakan bahwa mereka (para ulama) adalah orang-orang yang takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengkhususkan mereka dari mayoritas orang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya adalah ulama, sesungguhnya Allah Maha Mulia lagi Maha Pengampun.” (Fathir: 28). Ayat ini merupakan pembatasan bahwa orang yang takut kepada Allah adalah ulama.” (Miftah Dar As-Sa’adah 1/225)

Ibnul Qayyim dalam I’lamul Muwaqqi’in-nya membatasi bahwa ulama adalah orang yang pakar dalam hukum Islam, yang berhak berfatwa di tengah-tengah manusia, yang menyibukkan diri dengan mempelajari hukum-hukum Islam kemudian menyimpulkannya, dan yang merumuskan kaidah-kaidah halal dan haram.

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah mengatakan: “Ilmu merupakan warisan para nabi dan para nabi tidak mewariskan dirham dan tidak pula dinar, akan tetapi yang mereka wariskan adalah ilmu. Barangsiapa yang mengambil warisan ilmu tersebut, sungguh dia telah mengambil bagian yang banyak dari warisan para nabi tersebut. Dan engkau sekarang berada pada kurun (abad, red) ke-15, jika engkau termasuk dari ahli ilmu engkau telah mewarisi dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ini termasuk dari keutamaan-keutamaan yang paling besar.” (Kitabul ‘Ilmi, hal. 16)

Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan: Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Kemudian Kami menjadikan orang-orang yang menegakkan (mengamalkan) Al-Kitab (Al-Quran) yang agung sebagai pembenar terhadap kitab-kitab yang terdahulu yaitu orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, mereka adalah dari umat ini.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/577)

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan: “Ayat ini sebagai syahid (penguat) terhadap hadits yang berbunyi Al-’Ulama waratsatil anbiya (ulama adalah pewaris para nabi).” (Fathul Bari, 1/83)

Abu Muslim Al-Khaulani rahimahullah mengatakan: “Ulama di muka bumi ini bagaikan bintang-bintang di langit. Apabila muncul, manusia akan diterangi jalannya dan bila gelap manusia akan mengalami kebingungan.” (Tadzkiratus Sami’, hal 34)

Al-Imam Adz-Dzahabi rahimahullah mengatakan: “Telah sampai kepada kami bahwa Abu Dawud adalah termasuk ulama dari ulama-ulama yang mengamalkan ilmunya sehingga sebagian imam mengatakan bahwa Abu Dawud serupa dengan Ahmad bin Hanbal dalam hal bimbingan dan kewibawaan. Dalam hal ini Ahmad menyerupai Waki’, dalam hal ini pula Waki’ menyerupai Sufyan dan Sufyan menyerupai Manshur dan Manshur menyerupai Ibrahim, Ibrahim serupa dengan ‘Alqamah dan ‘Alqamah dengan Abdullah bin Mas’ud. ‘Alqamah berkata: “Ibnu Mas’ud menyerupai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam bimbingan dan arahannya.” (Tadzkiratul Huffadz, 2/592, lihat Wujub Irtibath bil ‘Ulama karya Hasan bin Qashim Ar-Rimi)

Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah dalam Tafsir-nya mengatakan: “Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada siapa saja yang tidak mengetahui untuk kembali kepada mereka (ulama) dalam segala hal. Dan dalam kandungan ayat ini, terdapat pujian terhadap ulama dan rekomendasi untuk mereka dari sisi di mana Allah memerintahkan untuk bertanya kepada mereka.” (Tafsir As-Sa’di, hal. 394), hal ini berkenaan dengan tafsir ayat (An-Naml: 43)

Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu mengatakan: “Sesungguhnya aku mengira bahwa terlupakannya ilmu karena dosa, kesalahan yang dilakukan. Dan orang alim itu adalah orang yang takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (Ta’liq kitab Tadzkiratus Sami’, hal. 28)

Abdurrazaq mengatakan: “Aku tidak melihat seseorang yang lebih bagus shalatnya dari Ibnu Juraij. Dan ketika melihatnya, aku mengetahui bahwa dia takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (Ta’liq kitab Tadzkiratus Sami’, hal 28)

Ulama dalam Sejarah Islam
Dalam pelajaran sejarah Islam, kita bisa melihat gambaran orang-orang yang dikenal sebagai Ulama pada masanya dan memiliki kesesuaian dengan penjelasan al-Qur`an dan Hadis, di antaranya, selain mereka memiliki ilmu pengetahuan yang sangat dalam (Komfrehensif) tentang agama, juga memiliki ketakwaan, keikhlasan, sholeh, takut pada Allah.

Namun tidak dapat dipungkiri, ditemukan juga dalam satu masa sejarah Islam bahwa ada orang-orang yang dianggap sebagai Ulama oleh banyak orang, namun aslinya hanyalah budak jabatan, budak harta, budak politik, budak nafsu dunia, budak-budak calon penghuni neraka..... Mereka sangatlah jauh dari ciri-ciri Ulama yang disebutkan oleh Quran dan Rasulullah.

Kesimpulan Tentang Ulama
  • Syarat mutlak untuk disebut sebagai Ulama adalah beriman dan bertakwa kepada ALLAH serta memiliki pengetahuan yang sangat luas lagi dalam tentang ajaran agama Islam dan berbagai pengetahuan umum yang berkaitan dengan kemaslahatan ummat.
  • Jika gelar Ulama datang dari Allah (memiliki ciri-ciri seperti dijelaskan oleh al-Qur`an dan Hadis di atas), maka sesungguhnya tidak akan ada Ulama itu yang sesat (bodoh), tapi nyata berdasarkan sejarah hingga saat ini, memang ada orang-orang bodoh yang dianggap sebagai ulama oleh orang-orang di sekitarnya.
  • Ulama bukanlah sebuah kelembagaan, organisasi, yayasan, pesantren, dan sejenisnya, namun pribadi Ulama bisa saja berada atau muncul di atau dari tempat-tempat itu sebagai pengajar, pendidik, pemimpin, guru spiritual, dll.
  • Di masa kini, orang-orang yang disebut sebagai Ulama oleh orang lain, kelompok, partai politik, oleh negara atau siapapun, belum tentu Ulama yang dimaksudkan oleh Allah. 
  • Kedudukan Ulama secara sosial, politik, keagaamaan dalam Islam sangat tinggi karena menjadi pewaris nabi, bahkan Allah mengangkat derajat mereka. Karenanya, ketika anda mengetahui ada seseorang dengan ciri-ciri ULAMA, maka sepatutnya anda menghormati, mengikuti bimbingan nasehat mereka.
  • Berdasarkan surah (Q.s. At-Taubah [9]: 122), menjadi fardu kifayah dalam suatu kelompok/kaum atau golongan bahwa beberapa orang di antara mereka diperintahkan mendalami ajaran Islam yang nantinya dapat menasehati yang lainnya. 
Lainnya:
5 Ciri Islam Sontoloyo ⭕️ bit.ly/AjaranIslam
Fungsi Akal 😉 bit.ly/fungsiakal